Teror Ka'bah 1979

Subuh itu di Mesjidil Haram Mekkah setelah shalat usai ratusan teroris mengeluarkan senapan-senapan mereka dari balik baju dan peti-peti jenazah. 51 buah pintu gerbang dikunci dari dalam dengan puluhan ribu jemaah didalamnya, dan dua orang polisi yang hanya bersenjatakan pentungan kayu ditembak. Para sniper ditempatkan di tujuh menara mesjid. Hari itu tanggal 1 Muharram 1400 H, atau tanggal 20 November 1979. Akhirnya sebagian besar jemaah dilepaskan dan beberapa ratus orang tetap ditahan dijadikan sandera.



Gambar dari majalla

Teroris dikepalai Juhaiman al Utaibi, seorang keturunan pemberontak Ikhwan. Pada awal kekuasaannya Ibnu Saud menggandeng Ikhwan, golongan wahabi fanatik untuk menaklukkan jazirah arab. Kemudian Raja Saudi ini menjadi semakin ngaco menurut pandangan Ikwan, karena terlalu terbuka menerima teknologi barat, membolehkan telepon dan pendidikan bagi perempuan. Akhirnya Ikhwan memberontak dan dikalahkan dalam perang Sbala.

Juhaiman mengklaim telah munculnya mahdi, yaitu iparnya sendiri, Muhammad bin Abdullah al Qahtani. Dengan pengeras mesjid dia meminta pemerintah untuk menghentikan ekspor minyak ke Amerika, memulangkan semua pekerja dan tentara asing dari kerajaan. Pemerintah Saudi dan para tentara di lapangan mengalami konflik karena kesucian tempat ini, sehingga memerlukan fatwa Ulama dalam menangani teroris ini.

Pemerintahan Saudi sangat kaget dengan kejadian ini dan tidak siap. Komunikasi langsung diputus terhadap dunia luar oleh pemerintah untuk menghindari pemberitaan media. Kerajaan Saudi membutuhkan bantuan pihak asing untuk menaklukkan para teroris ini. Bantuan dari amerika tidak mungkin, karena amerika sendiri sedang bermasalah dengan kasus penyanderaan warganya di kedutaan Teheran. Tawaran paling masuk akal datang dari Yordan yang secara sukarela ingin membantu, yang ditolak mentah-mentah karena dulunya kawasan Hijaz ini pernah berada dibawah kekuasaan Yordan, dan dikhawatirkan tentara Yordan tidak akan meninggalkan area Mekkah. Akhirnya dipilihlah kesatuan GIGN dari Perancis yang dianggap cukup bijaksana dan bisa menyimpan rahasia.


Keadaan ruang bawah tanah mesjid sesudah penyerangan

Di jaman belum ada handphone, twitter dan facebook itu informasi benar-benar terbatas. Ketertutupan pemerintah Saudi mengakibatkan kesalahpahaman dunia luar. Amerika menganggap teror ini perbuatan Khomeini dan Syiah, sedangkan Khomeini dalam pidatonya menyalahkan imperialisme amerika dan zionis. Kedutaan Amerika di demo di Filipina, Turki, Bangladesh, India. Di Pakistan dan LIbya kedutaan mereka dibakar.

Pertempuran berlangsung lebih dari dua minggu dengan korban menurut pemerintah saudi berjumlah 255 orang jemaah, tentara dan teroris tewas dan 451 orang luka-luka, walau dicurigai korbannya mencapai 1000 orang. Juhaiman dan 67 orang pengikutnya yang tertangkap dihukum penggal.

Upaya merebut mesjid dengan artileri dan tank tidak berhasil


Yaroslaf Trofimov dalam bukunya Kudeta Mekah memaparkan bahwa tentara Saudi mendapatkan peta Mesjidil Haram dari Saudi Bin Ladin Group, perusahaan kontraktor yang sedang merenovasi mesjid ini. Muhammad Bin Ladin pemilik perusahaan ini mempunyai 22 orang istri dan 53 orang anak, salah satu anaknya nantinya menjadi teroris terkenal, Usama Bin Ladin.

Trofimov melihat ada kaitan antara kejadian ini sebagai cikal bakal terorisme al Qaeda sekarang. Dalam bukunya Trofimov hanya menuturkan bahwa tiga orang tentara Perancis dari GIGN itu sebatas konsultan dan tidak ada tentara perancis yang benar-benar terlibat peperangan karena Mekah tidak boleh dimasuki non muslim. Dia juga menganalisa bahwa jika Juhaiman memilih targetnya istana Kerajaan maka aksi mereka bisa berhasil. Kesalahan mereka adalah memilih tempat tersuci umat Islam sebagai targetnya, sehingga mengakibatkan aksi mereka seakan-akan melawan islam dan mengalami tentangan dari seluruh muslim di dunia.


Tiga orang konsultan GIGN Perancis dan Tentara Saudi


Gambar-gambar dari militaryphotos.net - Grand Mosque Seizure

Comments

Post a Comment