Purwakarta: Mengingkari Kehinduan

Kita cukup dikagetkan oleh berita tentang perusakan patung-patung tokoh wayang di Purwakarta.   Kelompok itu menamakan diri Masyarakat Peduli Purwakarta dengan alasan keberadaan patung tidak sesuai dengan identitas masyarakat Purwakarta yang religius.

Walaupun perusakan ini sangat berbau kepentingan politik,  rakyat yang miskin dan tidak berpengetahuan sangat mudah untuk diadu domba dengan isu murahan agama, padahal ada yang mengambil keuntungan dari hal ini.

#850C1872 - Rod Puppets


Bagi masyarakat Purwakarta barangkali bisa diingatkan kembali tentang sejarah nama Purwakarta. Purwa berasal dari bahasa sansekerta purva dan kalau kita lihat di vedabase.net kata purva mempunyai banyak arti yaitu diantaranya: sebelumnya, anak pertama, semula.

-Karta menurut Wikipedia Indonesia berarti pekerjaan yang telah dicapai, tapi ada pergeseran arti dalam bahasa jawa kuno menjadi bermakna makmur, maju, sedang berkembang, ulung, sempurna.  Menurut vedabase.net karta berarti pencipta, pekerja, pelaku.  Contoh: jagatkarta artinya pencipta dunia kosmik. Jadi Purwakarta bisa diartikan Pelaku Pertama atau Makmur Pertama

Nama dengan makna indah ini tidak bisa dipungkiri berbau india.  Juga nama-nama kota lain seperti Jakarta/Jayakarta, Surakarta, Purwokerto, Yogyakarta, Mojokerto, Kartanegara dlsb.  Kenapa kota-kota di Nusantara banyak terpengaruh kata Sansekerta?

Ini dimulai dari 200 SM ketika perdagangan antara India dan Cina mulai marak. Perjalanan darat yang sangat berat mengakibatkan para pedagang India mengambil jalur lautan melewati selat Malaka. Karena arus dan arah angin musim kapal-kapal dagang ini harus menunggu berbulan-bulan di pelabuhan sebelum bisa melanjutkan perjalanan sehingga banyak waktu untuk bergaul dengan pribumi. Para ‘misionaris’ menyebabkan masyarakat menjadi penganut Buddha dan Hindu dan tidak berapa lama para pemimpin mereka mulai dipanggil Maharaja dan meniru kerajaan India hingga kedetilnya.  Pengaruh India sangat besar sehingga pada tahun 100 M pantai-pantai Birma, Melayu (Sumatera dan semenanjung Malaysia), Thailand, Kamboja, Vietnam selatan sudah mempunyai negara-kota bercirikan India.

Setelah mengetahu sejarah ini semoga rakyat Purwakarta sadar bahwa nenek moyang mereka pernah menjadi hindu atau buddha. Apakah kenyataan ini terlalu memalukan untuk ditanggung sehingga patung-patung wayang itu seperti mengingatkan mereka kepada kenyataan ini? ataukah patung-patung itu seperti memanggil-manggil mereka untuk kembali menjadi hindu? Apakah ini ketakutan bahwa iman mereka masih setipis kulit ari yang bisa robek dengan adanya patung-patung wayang?

Sejarah menunjukkan jati diri kita. Bangsa yang menghargai sejarah adalah bangsa yang besar.  Bangsa yang bangga pada masa lalunya adalah bangsa yang dewasa, yang bisa menerima kesalahan maupun hal-hal luarbiasa yang pernah dilakukan perintis bangsa dimasa lalu.  Kita bisa belajar dari sejarah agar tidak terjerumus melakukan kesalahan yang sama yang pernah dilakukan nenek moyang dahulu, agar langkah menuju masa depan semakin pasti menuju cerah dan sejahtera. Sedangkan bangsa yang ingin menghancurkan masa lalunya adalah bangsa yang rendah diri, inferior, kalahan, tertindas.

Comments

  1. ada sebab ada akibat, segelintir rakyat purwakarta akan menerima akibatnya, hukum alam
    let's see jatiluhur

    ReplyDelete
  2. serem amaat, jauhkan kita ya Rab dari bencana

    ReplyDelete
  3. nahhh,,,,coba deh belajar sejarh lagi juga,,,sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dulu di pulau jawa menggunakan apa???WAYANG,,,tokoh2 wayangnya apa aja???PANDAWA LIMA,KRESNA, RAMA-SHINTA,HANOMAN,dan lain sebagainya,,,,tokoh2 tersebut aslnya darimana???INDIA,,,apa agamanya India???HINDU...nah loh???hehehehe,,,tapi berkat wayang agama Islam di pulau jawa bisa terakses sampai ke kasta masyarakat terendah kan???memang ada modifikasi cerita,,,tapi tetap saja tokoh2 dan ceritanya disadur dari ktab2 HINDU,,,mengerti anak2???udah pinter sekarang???hahahahaha,,,,,*dibawa santai aja barudak PURWAKARTA,,,hehehehe

    ReplyDelete

Post a Comment